6 FAKTA TEWASNYA DEASY TUWO YANG DITERKAM BUAYA BERUKURAN 5 METER
Warga Sulawesi Utara (Sulut) dihebohkan dengan beredarnya informasi dan foto-foto seorang perempuan yang diterkam buaya. Seorang pekerja di perusahaan pembibitan mutiara, CV Yosiki, di Desa Ranowangko, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, tewas diterkam seekor buaya.
Korban bernama Deasy Tuwo (44) ditemukan sudah tidak bernyawa setelah dirinya dimangsa oleh buaya berukuran lima meter pada Jumat 11 Januari sekitar pukul 08.45 WITA.
Jasad korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan. Jasad Deasy Tuwo, warga Desa Suluun Tiga, Kecamatan Tareran, Kabupaten Minahasa Selatan, langsung dievakuasi dari tempat penangkaran buaya oleh polisi.
Buaya tersebut merupakan hewan peliharaan di kompleks perusahaan tempatnya bekerja, yang terletak di Desa Ranowangko, Kecamatan Tombariri.
Awalnya, sejumlah rekan kerja di tempatnya bekerja mencari perempuan itu di sekeliling area perusahaan. Namun, rekannya dikejutkan dengan penemuan jasad yang mengapung di kolam penangkaran buaya. Ternyata jasad itu adalah Deasy Tuwo. Kejadian itu langsung dilaporkan ke Polsek Tombariri.
“Informasinya yang bersangkutan karyawan sini. Dia sering memberi makan buaya. Kita masih menyelidiki penyebabnya,” ujar Wakapolres Tomohon Kompol Joice Wowor kepada tim Patroli Indosiar, Sabtu 12 Januari 2019.
Lebih lanjut mengenai peristiwa tersebut, berikut rangkuman dari berbagai sumber, fakta tewasnya Deasy Tuwo yang diterkam buaya, Senin 14 Januari 2019.
Deasy Tuwo merupakan Kepala Laboratorium CV Yosiki
Selain sebagai kepala laboratorium pembibitan mutiara, Deisy Tuwo juga bertugas menjaga buaya yang telah dipelihara oleh pemiliknya sejak 20 tahun lalu. Korban memberi makan buaya setiap pagi dan menjelang malam.
Kapolsek Tombariri, Iptu Jantje Untu saat dikonfirmasi oleh sejumlah wartawan, mengatakan bahwa korban merupakan warga Desa Suluun, Kecamatan Tareran, Kabupaten Minahasa selatan, Sulawesi Utara.
CV Yosiki sendiri merupakan perusahaan pembibitan mutiara. Pemiliknya merupakan warga Negara Jepang yang bernama Mr. Ochiai. Perusahaan ini terletak di Desa Ranowangko, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.
Jasad korban pertama kali ditemukan oleh rekan kerjanya
Rekan kerja Deasy Tuwo, Erling Rumengan, Vian Turangan, Audy Engkol yang memang sedang mencari dirinya. Pada Jumat pagi 11 Januari, Erling memang sedang mencari Kepala Laboratorium CV Yosiki itu. Erling ditemani oleh dua rekan kerja lainnya pun mencari bersama keberadaan Deasy ke seluruh area perusahaan. Namun di dalam tidak ada orang yang ditemukan.
Saat ketiganya masuk ke areal pembibitan mutiara, mereka menemukan jasad perempuan mengapung di kolam tempat pemeliharaan seekor buaya. Mereka pun sangat kaget melihat kondisi jasad Deasy terebut.
Kondisi jasad Deasy setelah diterkam buaya sudah tidak lagi utuh
Jasad Deasy Tuwo, warga Desa Suluun Tiga, Kecamatan Tareran, Kabupaten Minahasa Selatan itu ditemukan dalam kondisi mengenaskan.
Pemandi jenazah, Maikel Mokodompit RSUP Kandou mengaku kaget saat mengetahui jasad yang dimandikannya merupakan korban yang diterkam buaya. Ia mengatakan bahwa tubuh korban sudah tidak lagi utuh, hanya tersisa kepala dan dua kaki. Tangan juga sudah raib.
Korban diduga tewas terjatuh saat hendak memberi makan buaya.
Korban ditemukan sudah tidak bernyawa setelah dimangsa buaya berukuran 5 meter, di lokasi tempatnya bekerja pada hari Jum’at 11 Januari pukul 08.45 WITA dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
Korban diduga tewas terjatuh saat hendak memberi makan buaya yang sengaja dipelihara sejak kecil oleh pihak perusahaan.
Namun, hingga kini polisi masih menyelidiki sebab kematian wanita yang kerap memberi makan buaya itu, apakah tergelincir atau ada sebab lain.
Guna proses penyidikan, jasad korban dibawa ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Profesor Kandou Malalayang, Manado untuk diautopsi.
Saat kejadian tersebut, pemilik perusahaan tidak berada di lokasi.
Perusahaan diketahui sengaja memelihara hewan buas sedari kecil. Selain memelihara buaya tersebut, perusahaan itu memiliki hewan lain seperti ikan arwana. Di perusahaan tersebut juga terdapat alat-alat pembibitan mutiara.
Kapolres Tomohon, Raswin Sirait mengatakan, bahwa pihaknya hingga saat ini masih mencari pemilik buaya yang memiliki ukuran 5 meter tersebut.
Buaya peliharaan itu setiap harinya selalu diberi makanan segar.
Ayam, ikan tongkol dan ikan tuna merupakan makanan segar buaya peliharaan itu setiap harinya.
Buaya tersebut tidak mau makan kalau makanan tersebut sudah dibekukan atau sudah mati beberapa hari. Hal itu dikatakan oleh Merry Supit selaku mantan karyawan di perusahaan itu, yang bekerja selama 18 tahun dan mengundurkan diri pada tahun 2005.
Komentar
Posting Komentar